Masalah kebersihan dan pencegahan penyakit pada gigi anak masih sering luput dari perhatian orang tua.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan bahwa 56,7% penduduk Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut, dan 67,3% diantaraya merupakan anak-anak rentang usia 5-9 tahun. Hal ini dikarenakan konsumsi gula yang tinggi pada anak-anak dan kemampuan menyikat gigi yang masih belum maksimal. Gigi susu bahkan kerap kali masih dianggap sepele, karena gigi susu akan digantikan dengan gigi permanen. Tak jarang pula, banyak orang tua yang membawa sang buah hatinya ke dokter gigi kalau sudah mengeluh sakit. Padahal, kunjungan ke dokter gigi bukan hanya mengobati, tetapi juga sebagai upaya pencegahan.
Gigi-geligi periode pertama atau yang biasa disebut gigi susu atau gigi sulung, merupakan bagian penting dalam tumbuh kembang anak. Gigi susu biasanya mulai muncul pada anak usia 6 bulan. Namun, ada juga sebagian bayi tumbuh lebih cepat yaitu dibawah usia 5 bulan atau bahkan ada anak yang sudah mencapai usia 1 tahun namun belum juga mulai tumbuh gigi. Variasi usia pertumbuhan gigi anak adalah normal, karena dipengaruhi beberapa faktor seperti nutrisi, hormonal, dan genetik. Meskipun gigi susu adalah gigi sementara yang akan digantikan oleh gigi tetap, kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya gigi permanen di kemudian hari. Gigi susu memiliki fungsi yang sama dengan gigi tetap, yaitu untuk mengunyah, fonetik (berbicara), estetik (keindahan), dan sebagai penuntun dan menjaga ruang bagi gigi tetap yang kelak akan tumbuh.
Ada banyak dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan gigi pada anak. Lapisan email dan dentin gigi susu lebih tipis bila dibandingkan dengan gigi tetap, sehingga proses gigi berubang akan lebih cepat dan bila dibiarkan akan menimbulkan sakit gigi. Selain itu, gigi susu yang rusak atau tanggal sebelum waktunya akan mempersempit ruang untuk tumbuhnya gigi permanen, sehingga susunan gigi permanen menjadi kurang rapih. Saat gigi anak sehat, maka anak tidak akan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan. Dengan demikian, nutrisi yang didapatkan anak akan tercukupi. Gigi susu yang sehat juga memudahkan anak saat belajar berbicara dan juga bersosialisasi.
Perawatan gigi pada anak-anak terbagi menjadi perawatan pencegahan, restorasi, dan rehabilitasi. Perawatan pencegahan bertujuang untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi susu, sedangkan perawatan restorasi bertujuan untuk memperbaiki kerusakan gigi dan mencegah proses kerusakan berlanjut. Perawatan pencegahan pada anak-anak dapat berupa : pembersihan karang gigi dan floridasi, penutupan ceruk dan fisura gigi, dan restorasi resin pencegahan. Sedangkan perawatan restorasi dan rehabilitasi pada anak-anak sama seperti perawatan gigi pada orang dewasa, seperti : penambalan, dental crown, perawatan saraf, pencabutan, perawatan orthodonti, dan lain sebagainya. Perawatan gigi anak dapat dilakukan oleh dokter gigi umum. Namun, pada kasus tertentu seperti anak yang kurang kooperatif ataupun anak berkebutuhan kusus, dapat dirujuk kepada dokter gigi spesialis anak.
Membiasakan si kecil untuk merawat gigi sulungnya sejak dini akan melatih kebiasaan baik untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya sampai nanti dewasa kelak. Ajarkan pada anak menyikat gigi dengan pasta gigi minimal 2x sehari, setelah sarapan dan sebelum tidur. Makan makanan bergizi yang tinggi serat seperti buah dan sayur, dan mengurangi konsumsi gula. Kunjungan si kecil ke dokter gigi bertujuan untuk memeriksa ada atau tidaknya masalah pada gigi susunya, dan pembelajaran cara membersihkan gigi yang baik dan benar. Pengenalan anak ke dokter gigi pada saat kondisi sakit gigi dapat menimbulkan kecemasan dan membuat anak tidak kooperatif bahkan trauma dengan perawatan gigi. Peran orang tua dalam memberi contoh yang baik juga sangat penting bagi anak untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.